translate
screen_rotation
bookmark_border format_list_numbered
refresh
﴾ بردة ﴿ اَلْفَصْلُ الْأَوَّلُ : فِى الْغَزَل وَالشَّكْوٰى وَالْغَرَامِ Bagian pertama: Bercumbu dan pengaduan cinta
مَوْلَايَ صَلِّي وَسَلِّمْ دَآئِماً أَبَدًا Ya Tuhanku, limpahkanlah selalu rahmat ta’dzim
عَلـَى حَبِيْبِكَ خَيْرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ Dan keselamatan atas kekasih-Mu yang terbaik di antara seluruh makhluk
يَا رَبِّ بالْمُصْطَفٰى بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا Wahai Tuhanku dengan berkat Mushtafa (Nabi Muhammad SAW) sampaikanlah maksud-maksud kami
وَاغْفِرْ لَنَا مَا مَضَى يَا وَاسِعَ الكَرَمِ Berikan ampunan bagi kami atas dosa yang telah silam wahai Zat yang luas kemurahan-Nya
أَمِنْ تَذَكُّرِ جِيْرَانٍ بِذٖيْ سَلَمِ Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam sana
مَزَجْتَ دَمْعًا جَرٰى مِنْ مُّقْلَةٍ بِدَمِ Engkau deraikan air mata dengan darah duka
أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَآءِ كَاظِمَةٍ Ataukah karena hembusan angin terarah lurus berjumpa di Kadhimah
وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِيْ الْظَّلْمَآءِ مِنْ إِضَمِ Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idham
فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَتَا Mengapa kedua matamu tetap meneteskan air mata? Padahal engkau telah berusaha membendungnya
وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِمِ Apa yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha menghiburnya
أَيَحَسَبُ الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتِمٌ Apakah diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira bahwa api cinta dapat disembunyikan darinya
مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ وَمضْطَرِمِ Di antara tetesan air mata dan hati yang terbakar membara
لَوْلَا الْهَوٰى لَمْ تُرِقْ دَمْعاً عَلٰى طَلَلٍ Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu
وَلَآ أَرِقْتَ لِذِكْرِ الْبَانِ وَالْعَلَمِ Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon dan gunung yang kau rindu
فَكَيْفَ تُنْكِرُ حُباًّ بَعْدَ مَا شَهِدَتْ Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya
بِهٖ عَلَيْكَ عُدُوْلُ الدَّمْعِ وَالسَّقَمِ Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara
وَأَثْبَتَ الْوَجْدُ خَطَّيْ عَبْرَةٍ وَّضَنىً Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya
مِثْلَ الْبَهَارِ عَلٰى خَدَّيْكَ وَالْعَنَمِ Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi
نَعَمْ سَرٰى طَيْفُ مَنْ أَهْوٰى فَأَرّقَنِيْ Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga
وَالْحُبُّ يَعْتَرِضُ اللَّذَّاتِ بِالْاَلَمِ Dan memang cinta sebagai penghalang bagi simpunya antara dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita
يَا لَآ ئِمِيْ فِى الْهَوَى الْعُذْرِيِّ مَعْذِرَةً Wahai pencaci derita cinta, kata maaf kusampaikan padamu
مِنِّيْ إِلَيْكَ وَلَوْ أَنْصَفْتَ لَمْ تَلُمِ Aku yakin andai kau rasakan derita cinta ini tak mungkin engkau mencaci maki
عَدَتْكَ حَالِيَ لَاسِرِّيْ بِمُسْتَتِرٍ Kini kau tahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu
عَنِ الْوِشَاةِ وَلاَ دَآئِيْ بِمُنْحَسِمِ Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada kunjung sirna
مَحَضْتَنِى النُّصْحَ لٰكِنْ لَسْتُ أَسْمَعُهٗ Begitu tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar semua itu
إِنَّ الْمُحِبَّ عَنِ الْعُذَّالِ فِي صَمَمِ Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta itu tuli dan tak menggubris cacian pencela
إِنِّى اتَّهَمْتُ نَصِيْحَ الشَّيْبِ فِيْ عَذَلٍ Aku curiga ubanku pun turut mencelaku
وَالشَّيْبُ أَبْعَدُ فِيْ نُصْحٍ عَنِ التُّهَمِ Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku
اَلْفَصْلُ الْأَوَّلُ : فِى الْغَزَل وَالشَّكْوٰى وَالْغَرَامِ Bagian pertama: Bercumbu dan pengaduan cinta
مَوْلَايَ صَلِّي وَسَلِّمْ دَآئِماً أَبَدًا ۞ عَلـَى حَبِيْبِكَ خَيْرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ Ya Tuhanku, limpahkanlah selalu rahmat ta’dzim . Dan keselamatan atas kekasih-Mu yang terbaik di antara seluruh makhluk.
يَا رَبِّ بالْمُصْطَفٰى بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا ۞ وَاغْفِرْ لَنَا مَا مَضَى يَا وَاسِعَ الكَرَمِ Wahai Tuhanku dengan berkat Mushtafa (Nabi Muhammad SAW) sampaikanlah maksud-maksud kami. Berikan ampunan bagi kami atas dosa yang telah silam wahai Zat yang luas kemurahan-Nya.
أَمِنْ تَذَكُّرِ جِيْرَانٍ بِذٖيْ سَلَمِ ۞ مَزَجْتَ دَمْعًا جَرٰى مِنْ مُّقْلَةٍ بِدَمِ Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam sana. Engkau deraikan air mata dengan darah duka.
أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَآءِ كَاظِمَةٍ ۞ وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِيْ الْظَّلْمَآءِ مِنْ إِضَمِ Ataukah karena hembusan angin terarah lurus berjumpa di Kadhimah. Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idham.
فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَتَا ۞ وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِمِ Mengapa kedua matamu tetap meneteskan air mata? Padahal engkau telah berusaha membendungnya. Apa yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha menghiburnya.
أَيَحَسَبُ الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتِمٌ ۞ مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ وَمضْطَرِمِ Apakah diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira bahwa api cinta dapat disembunyikan darinya. Di antara tetesan air mata dan hati yang terbakar membara.
لَوْلَا الْهَوٰى لَمْ تُرِقْ دَمْعاً عَلٰى طَلَلٍ ۞ وَلَآ أَرِقْتَ لِذِكْرِ الْبَانِ وَالْعَلَمِ Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon dan gunung yang kau rindu.
فَكَيْفَ تُنْكِرُ حُباًّ بَعْدَ مَا شَهِدَتْ ۞ بِهٖ عَلَيْكَ عُدُوْلُ الدَّمْعِ وَالسَّقَمِ Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya. Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara.
وَأَثْبَتَ الْوَجْدُ خَطَّيْ عَبْرَةٍ وَّضَنىً ۞ مِثْلَ الْبَهَارِ عَلٰى خَدَّيْكَ وَالْعَنَمِ Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya. Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi.
نَعَمْ سَرٰى طَيْفُ مَنْ أَهْوٰى فَأَرّقَنِيْ ۞ وَالْحُبُّ يَعْتَرِضُ اللَّذَّاتِ بِالْاَلَمِ Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga. Dan memang cinta sebagai penghalang bagi simpunya antara dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita.
يَا لَآ ئِمِيْ فِى الْهَوَى الْعُذْرِيِّ مَعْذِرَةً ۞ مِنِّيْ إِلَيْكَ وَلَوْ أَنْصَفْتَ لَمْ تَلُمِ Wahai pencaci derita cinta, kata maaf kusampaikan padamu. Aku yakin andai kau rasakan derita cinta ini tak mungkin engkau mencaci maki.
عَدَتْكَ حَالِيَ لَاسِرِّيْ بِمُسْتَتِرٍ ۞ عَنِ الْوِشَاةِ وَلاَ دَآئِيْ بِمُنْحَسِمِ Kini kau tahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu. Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada kunjung sirna.
مَحَضْتَنِى النُّصْحَ لٰكِنْ لَسْتُ أَسْمَعُهٗ ۞ إِنَّ الْمُحِبَّ عَنِ الْعُذَّالِ فِي صَمَمِ Begitu tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar semua itu. Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta itu tuli dan tak menggubris cacian pencela.
إِنِّى اتَّهَمْتُ نَصِيْحَ الشَّيْبِ فِيْ عَذَلٍ ۞ وَالشَّيْبُ أَبْعَدُ فِيْ نُصْحٍ عَنِ التُّهَمِ Aku curiga ubanku pun turut mencelaku. Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.